Berfikir Sebelum Bicara

November 09, 2017

Baca : Mazmur 141

141:1 Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu!

141:2 Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

141:3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!

141:4 Jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan; dan jangan aku mengecap sedap-sedapan mereka.

141:5 Biarlah orang benar memalu dan menghukum aku, itulah kasih; tetapi janganlah minyak orang fasik menghiasi kepalaku! Sungguh aku terus berdoa menentang kejahatan-kejahatan mereka.

141:6 Apabila mereka diserahkan kepada hakim-hakimnya, maka mereka akan mendengar, bahwa perkataan-perkataanku menyenangkan.

141:7 Seperti batu yang dibelah dan dihancurkan di tanah, demikianlah akan berhamburan tulang-tulang mereka di mulut dunia orang mati.

141:8 Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!

141:9 Lindungilah aku terhadap katupan jerat yang mereka pasang terhadap aku, dan dari perangkap orang-orang yang melakukan kejahatan.

141:10 Orang-orang fasik akan jatuh serentak ke dalam jala mereka, tetapi aku melangkah lalu. 

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974

Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku! —Mazmur 141:3

Cheung kesal dengan istrinya yang tidak berhasil mendapatkan arah ke sebuah restoran terkenal yang ingin mereka kunjungi. Keluarga Cheung sudah berencana menutup liburan di Jepang dengan menikmati santapan yang mewah dan lezat sebelum terbang pulang ke negaranya. Namun saat itu, waktu sudah tidak memungkinkan bagi mereka untuk menikmati hidangan tersebut. Karena frustrasi, Cheung pun mengkritik sang istri untuk perencanaannya yang tidak matang.

Namun kemudian, Cheung menyesali kata-kata yang diucapkannya dan sikapnya yang terlalu kasar. Ia juga menyadari, sebenarnya ia bisa mencari sendiri arah ke restoran tersebut. Ia bahkan lupa berterima kasih kepada istrinya untuk perencanaan yang disusunnya bagi tujuh hari liburan mereka yang telah berlalu.

Banyak dari kita mungkin pernah mengalami hal yang sama. Kita tergoda untuk meluapkan kemarahan dan membiarkan kata-kata kasar terucap tanda kendali. Kita sungguh perlu berdoa seperti pemazmur: “Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mzm. 141:3).

Namun, bagaimana kita dapat melakukannya? Nasihat ini mungkin dapat menolongmu: Berpikirlah sebelum berbicara. Apakah perkataan kamu baik dan bermanfaat, ramah dan tulus? (Lihat Ef. 4:29-32).

Mengawasi mulut berarti kita berusaha berdiam diri dan tidak membalas ketika kita tersinggung. Menjaga bibir berarti kita meminta pertolongan Tuhan untuk mengucapkan kata-kata yang tepat dengan nada yang tepat, atau bahkan berhenti berbicara sama sekali. Mengendalikan perkataan merupakan tugas kita seumur hidup. Syukurlah, Allah terus bekerja di dalam diri kita untuk membuat kita “rela dan sanggup menyenangkan hati Allah” (Flp. 2:13 BIS). —Poh Fang Chia

Ya Tuhan, tolonglah kami untuk selalu berpikir sebelum berbicara. Berilah kami kata-kata untuk diucapkan dan hikmat untuk mengetahui kapan harus berhenti berbicara.

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Amsal 16:24

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 43-45;

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments