Baca : Habakuk 1:2-11
1:2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
1:3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
1:4 Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
1:5 Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.
1:6 Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka.
1:7 Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya sendiri.
1:8 Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu malam; pasukan berkudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti rajawali yang menyambar mangsa.
1:9 Seluruh bangsa itu datang untuk melakukan kekerasan, serbuan pasukan depannya seperti angin timur, dan mereka mengumpulkan tawanan seperti banyaknya pasir.
1:10 Raja-raja dicemoohkannya dan penguasa-penguasa menjadi tertawaannya. Ditertawakannya tiap tempat berkubu, ditimbunkannya tanah dan direbutnya tempat itu.
1:11 Maka berlarilah mereka, seperti angin dan bergerak terus; demikianlah mereka bersalah dengan mendewakan kekuatannya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974
Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berseru meminta pertolongan? —Habakuk 1:2 BIS
Setelah menikah, saya mengira akan segera memiliki anak. Hal itu tidak terjadi dan rasa sedih karena kemandulan tersebut membuat saya bersimpuh mencari Allah. Saya sering berseru kepada-Nya, “Sampai kapan, ya Tuhan?” Saya tahu Allah sanggup mengubah keadaan saya. Lalu, mengapa Dia tidak melakukannya?
Apakah kamu sedang menantikan Allah? Apakah kamu bertanya kepada-Nya: Kapan keadilan memerintah di dunia ini? Kapan obat untuk penyakit kanker akan ditemukan? Kapan aku bisa terbebas dari utang?
Nabi Habakuk sangat memahami kegalauan tersebut. Pada abad ketujuh sm, ia berseru kepada Tuhan, “Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berseru meminta pertolongan? Kapan Engkau akan mendengar dan menyelamatkan kami dari penindasan? Mengapa Kaubiarkan aku melihat begitu banyak kejahatan? Masakan Engkau tahan melihat begitu banyak pelanggaran? Di mana-mana ada kehancuran dan kekerasan, perkelahian dan perselisihan” (Hab. 1:2-3 BIS). Ia telah berdoa begitu lama, dalam kesulitan untuk menerima bagaimana Allah yang adil dan berkuasa dapat membiarkan kelaliman, ketidakadilan, dan kebobrokan terus berlangsung di Yehuda. Di benak Habakuk, Allah seharusnya sudah turun tangan. Mengapa Dia tidak berbuat apa-apa?
Adakalanya kita juga merasa bahwa Allah tidak berbuat apa-apa. Seperti Habakuk, kita terus-menerus bertanya kepada Allah, “Sampai kapan?”
Meski kita merasa demikian, sesungguhnya doa-doa kita tidak diabaikan. Seperti halnya dengan Habakuk, beban kita diketahui oleh Allah. Kita harus terus-menerus menyerahkan beban kita kepada Tuhan karena Dia peduli kepada kita. Allah mendengarkan kita dan akan menjawab kita pada waktu-Nya.—Karen Wolfe
Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menanggung segala bebanku. Aku tahu Engkau mendengar seruanku dan akan menjawabnya sesuai waktu dan tujuan-Mu yang sempurna.
Janganlah berputus asa karena kejahatan; Allah akan menuntaskannya.
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 28-29; Filipi 3